Wednesday, September 13, 2017

Matcha

source : youtube.com

rasanya tidak terlalu pekat, tapi kenapa begitu mudah diingat?.

sore itu, dengan sebuah komputer jinjing yang seakan mendesak untuk segera menyelesaikan segala tuntutan pekerjaan, entah mengapa gelas itu menawarkan sebuah rasa yang berbeda. 

tidak seperti kopi, teh hijau bubuk ini begitu sederhana menyapa di setiap inci sesapnya. ada rasa segar yang dominan dalam rasa pahit yang tidak begitu tajam terasa. seolah berkata bahwa pahitpun bisa bercerita bahwa segalanya baik baik saja. 

sesederhana itu pahit mengajarkan bahwa kunci adalah hanya perlu terbiasa. 

entah kenapa rasa itu tidak begitu saja terlupa. ada apa?. pada segala ketenangan yang kadang saya prinsipkan untuk segelas minuman, kenapa kini pahit lebih bisa bercerita?. 

saya begitu mencandui manis, tapi semesta mengajarkan ada yang lebih memikat dalam segelas pahit. waktu kadang mengatakan, untuk menjadi kuat cara paling mudah adalah dengan melabrak diri sendiri. ah, Tuhan kadang memang sebercanda itu. dalam pahit ada sesuatu yang lebih dari sekedar manis.

bahwa pahit adalah rasa yang tak berujung. bagaimanapun mengelak, memang lebih baik untuk memilih terbiasa. 

mungkin begitu juga dengan penjelasan pedih. manis yang melemahkan atau pedih yang kemudian menjadi keyakinan, bahwa Tuhan tidak selamanya membiarkan. 


karena pada akhirnya, Tuhan menghadiahkan manis yang menguatkan.

No comments:

Post a Comment