Wednesday, September 13, 2017

love doesn't need to be perfect



Love doesn’t need to be perfect, it just need to be true –unknown

Bunyi kalimat yang tertera di laptop saya. Entah kenapa saya kok suka majang kalimat tersebut untuk selalu saya liat. Yah mungkin karena beberapa alasan.

Mungkin karena pernah terjebak di hubungan, yang saya harus berjuang sendiri. Dilabrak sama perempuan dari penjuru arah mata angin banyaknya sedangkan pihak sebelah sana merasa baik baik saja dengan apa yang terjadi, mungkin?. Atau cuma saya pihak yang berharap?.

Engga’ sih. Saya hanya menilik lagi tentang how love must working. Cinta itu seharusnya bagaimana?. Yah, mungkin benar kata orang, mungkin benar kata motivator terkemuka bahwa love is real. If it’s NOT REAL, think again.. it’s not love, perhaps. Kalau tidak nyata, mungkin saja itu bukan cinta. Saya memang pernah menulis tentang tanda tanda jatuh cinta, tetapi makin kesini saya makin sadar kalau jatuh saja tidak cukup untuk menjalin apa yang disebut cinta.

Klausa pertama : cinta itu REAL. Saya jadi berkaca dengan apa yang saya alami waktu itu. Apa yang saya rasakan. Kalau cinta pasti mengindikasikan. Kalau tidak?. Mungkin ada kabut tebal bernama ego dan logika yang menghalangi. Mungkin ada harga diri yang harus di pertimbangkan eksistensinya. Sehingga ya.. cinta itu tidak lagi real. Cinta itu tidak lagi ada. Kalau sudah tidak lagi ada, apa alasan yang mengharuskan bertahan?.

Yang kedua : cinta itu nyaman. Love give you a comfortable feeling. Kalau ini sih kata guru saya. Waktu itu saya ditanya tentang apa yang saya sebut cinta. Waktu itu guru saya bilang gini,

“cinta itu nyaman. Kalau kamu tidak nyaman atau berusaha menyamankan.. coba ditilik lagi, mungkin itu bukan cinta.”

Guru saya hanya membahasakan gemuruh jiwa saya. Dan benar saja, saya TIDAK merasa nyaman dengan yang bersangkutan, yang sedang bersama saya waktu itu. Saya capek di tuduhin macem macem sama banyak cewek. Saya capek dikata-katain buruk sama mereka, saya capek. Itu aja perasaan saya waktu itu. Saya, capek.

Akhirnya saya melepas dia dari hati saya. Saya tau, guru saya hanya mau saya bahagia. Beliau membimbing saya untuk menjadi bahagia. Dan memang, setelah melepas yang bukan cinta itu, ada seseorang baru yang membahagiakan.

Saya kembali tersenyum ketika mengingatnya, tertawa bersama ketika kita membicarakan banyak hal, merasa semua baik baik saja walaupun tidak saling berkabar, dan ada yang membalas pesan walaupun jawabannya cuma bikin pengen ngamuk. Satu yang pasti ; hubungan antara dua orang ini hidup. Dan kamu tau?. Saya tersenyum ketika menulis ini.



Jadi, benar  yang kamu rasa itu cinta?.





XOXO,




Fatimah Fauzan

2 comments: