Tuesday, September 1, 2015

Menunggu Lift


hai kamu yang memilih untuk jatuh cinta diam diam, mau sampai kapan berjuang sendirian?.

untuk sebagian masyarakat yang menempati gedung berlantai banyak, sudah menjadi bagian keseharian dengan kotak besi bergerak bernama lift. kotak besi yang membantu membawa kami dari lantai satu ke lantai yang lain. walau pernah di maki oleh seorang pemuda dari pelosok pantai utara bahwa saya ini segitu malesnya naik tangga padahal tujuannya cuma lantai 5, kotak besi ini tetap terdepan di hati saya masalah efisiensi perpindahan lantai di gedung tinggi. 

"nunggu lift tuh udah kaya nunggu jodoh. yang diharepin siapa yang dateng siapa." 

ketika kita menekan tombol lift, memang kita lumayan sering berharap yang datang duluan adalah yang berada di lantai yang lebih dekat dengan kita. bukan lift yang datang dari lantai yang jauh. tetapi yang kadang terjadi adalah justru yang dari lantai yang jauh itu malah dateng duluan sedangkan lift yang berada di lantai yang lebih dekat yang ditunggu tunggu malah ngga' dateng. 

kadang sebagian orang suka menyamakan analogi tersebut dengan konsep jodoh. 

ketika saya selesai solat dzuhur tadi siang, musola gedung kantor saya berada di B2 (basement 2) dan kantor saya berapa di lantai 7. ada dua lift dihadapan saya, yang pertama berasal dari lantai 7 dan yang satunya berasal dari lantai 5. saya berharap bahwa lift yang berada di lantai 5 segera datang, kerena memang letaknya lebih dekat dengan saya, dari pada yang ada di lantai 7. 

tetapi lift lantai 5 berhenti 2 kali : di lantai 3 dan di lantai G dan dua duanya lama. berbeda dengan yang berasal dari lantai 7 yang ketika saya menekan tombol lift dengan konsisten angkanya semakin mengecil, mulai dari angka 7, kemudian 6, 5, 3 (you know why, i think) 2, 1, G, B1 dan lantai saya di B2. 

iya, pada akhirnya yang dekat akan di gantikan oleh yang konsisten. 

dear para pejuang cinta sendirian yang konsisten akan jatuh cinta diam diam.. saya yakin, kalian bisa jatuh cinta diam diam karena bisa dipastikan kalian dekat dengan pujaan hati. tetapi mau sampai kapan?. jangan sampai dia menyerah untuk menunggu sehingga memilih dia yang ngomong duluan. say it, it define that it's true. ketika saya di tanya sama salah satu pengawas saya kenapa saya tidak menanggapi seseorang hebat yang ada di perusahaan kami padahal udah nyata banget kalo yang bersangkutan cinta mati sama saya (versi pengawas saya) saya hanya menjawab dengan, 

"ya kalo dia memang serius dia pasti ngomong, pak. kalo dia ngga' ngomong berarti dia tidak seserius itu. " 

i think banyak perempuan di dunia ini yang berpikir sama seperti saya. jika memang yakin sejalan, perjuangkan. katakan. jika tidak, tinggalkan. simple rules that we forget, and we make it complicated by own self.  


don't want to stuck in a problem by your own. kata guru saya, ragu ragu itu bagian dari ngga' yakin. keraguan itu menyiksa dan tidak akan pernah memberi kepastian. 



dan tidak ada ketetapan itu ga enak. selamat sore. 

No comments:

Post a Comment