"ini semua materinya harus ditulis tangan? wah kalo gitu bagi dua dong." begitu bunyi chat saya di group LINE tugas besar rekayasa pondasi. saya membayangkan menuiis semua materi sebanyak 8 halaman beserta gambarnya (yang memang bagian saya) sendirian, tangan saya pasti sudah kram ngga' bisa diapa apain.
"minta tolong ya, tolong handle dulu bagianku.. aku masih siapkan acara natalan di kampus.." jawab teman sekelompok saya.
"oke aku kerjain, tapi kalo aku ngga' bisa gambarnya Ryan tolong gambarin ya!." lanjut saya menanggapi permintaan teman.
"iya sudah." jawab teman saya bersedia menjadi back up bagian kalo saya enggak bisa gambar.
percakapan pun berakhir, saya kembali menulis materi rekayasa pondasi itu dengan pulpen hitam di kamar kostan saya.
****
sore itu saya buka twitter dengan malas malasan. buka twitter karena hanya itu media berceloteh saya mengingat di IG saya ngga' gitu bisa ngoceh disamping saya juga ngga' main facebook. males malesan karena ini adalah bulan desember yang sebagaimana tahun sebelumnya selalu ada twitwar ucapan natal. rupanya, desember tahun ini diperparah karena aksi di Sabuga.
jengah rasanya saya kalo buka twitter, tapi mau gimana lagi cuma disanalah saya bisa ngoceh ngoceh manja. saya merindukan twitter yang kembali lucu dan cuitan cuitan yang selalu bikin ketawa yang tentu saja itu hanya terjadi dibawah 2014 karena waktu kita masih belum ada buzzer pilpres atau pilkada dan issue agama tidak diramaikan seperti sekarang.
hate speech selalu ada setiap akhir tahun. saya kadang pengen tanya, "harus banget hate speech setiap tahun itu sebenernya kenapa sih yaaaa" dan kenapa harus banget ngatain cina, kafir dan kata kata rasis sebagainya?
akhirnya setelah melihat oknum oknum yang suka ngatain, saya bisa menarik beberapa kesimpulan bahwa mereka yang begitu itu antara ngga' pernah jadi minoritas, temen temennya ngga' beragam atau malah ngga' punya temen, bodoh dalam beragama dan kurang banyak baca buku.
ngga' usah deh jauh jauh bahas soal jadi minoritas yang dimana kita harus berdamai dengan banyak hal. logika sederhananya gini : kalau kamu punya temen (atau mantan) yang beda agama, kamu ngga' akan tega buat ngatain. sadar, kalo yang dikatain itu temen sendiri.
saya sebel kenapa dalam agama saya ada orang yang begitu mudah terprovokasi dan berkata kata begitu. padahal yang mereka katain kafir dan lain lain itu adalah temen yang ngasih tau kalo dia baru aja pindah kostan dan kalo saya mau pindah bilang sama dia biar dia anterin ketika saya harus move immediately dari dorm karena ada sebab. sadar yang mereka katain itu adalah temen saya yang handle absen saya waktu ada kuliah mendadak tapi saya ngga' bisa berangkat karena mau pingsan karena lupa sahur waktu puasa senin-kamis. dan yang mereka katain kafir itu adalah seorang teman yang pertama kali ngajak saya ngobrol di kelas, ketika saya baru pindah dan ngga' punya temen. seorang teman yang ngasih saya materi ini itu dan invite saya di group angkatan pertama kali. yang mereka katain kafir itu adalah teman pertama saya.
sedih? banget. tapi yang kalian harus tau bahwa tidak semua muslim itu seperti mereka. ada muslim seperti saya, gus mus dan gus dur. balik lagi deh kenapa saya mau ngerjain bagian temen saya yang lagi nyiapin acara natal di kampus?
karena saya empati.
saya mengingat saat saya di surabaya ketika harus soal ied di kampus karena rumah saya jauh dan saya ngga' bisa pulang. begitulah kira kira perasaan mereka. rumah mereka jauh dan mereka harus natalan di kampus. sebagai teman yang baik, yang bisa saya lakukan adalah handle bagian dia.
dalam beragama dan berbangsa, biarkanlah hal hal sensitif itu menjadi hal yang off limits dan tidak disampaikan di ruang publik. kedepankan rasa empati dan rasa kemanusiaan. masalah mengucapkan selamat natal dan tidak biarlah itu menjadi pilihan masing masing. bukankah ketika berhadapan dengan hal yang membingungkan, selalu bisa dikembalikan kepada keyakinan hati? toleransi itu tentang rasa empati dan berlaku sebagaimana manusia seharusnya.
kalau masih belum juga bisa toleransi, mungkin kamu perlu jatuh hati dan menjalani yang namanya pacaran beda agama.
sekian.
No comments:
Post a Comment