terlahir sebagai seorang Virgo membuat saya tanpa sadar menjadi seseorang yang perfeksionis. dan saya ingat sekali waktu SD, guru saya bilang, "kenapa kalian semua memberi sinonim? yang saya minta kan definisi."
kedua hal di atas bertemu dalam satu muara ketika saya menerjemahkan kata yang terbaik. dalam pikiran saya, yang terbaik = kesempurnaan. kesempurnaan hasil yang jika benar benar ahli, pasti itu mejadi sebuah standar yang tinggi sekali.
tetapi saya lupa, bahkan seorang maestro pun tidak semua karyanya berjudul masterpiece.
membuat masterpiece tentu butuh waktu yang lama, memakan banyak waktu dan tentu saja ; keahlian yang melebur dalam totalitas. dan mustahil setiap pekerjaan selalu berakhir menjadi masterpiece, atau dalam bahasa inggris kita sering menyebutnya the best of.
Yang terbaik, bukan yang sempurna
setelah memahami arti kata yang terbaik tidak sama dengan kesempurnaan, ternyata saya kembali menemukan kenyataan yang lebih menampar lagi. yang terbaik tidak selalu hadir dalam bentuk yang sama. hasil pekerjaan ketika kamu patah hati tentu punya kualitas yang berbeda dengan pekerjaan ketika kamu sedang jatuh cinta. hasil pekerjaan yang kamu kerjakan saat kamu baru saja selesai liburan dari luar negeri tentu berbeda dengan hasil pekerjaan yang kamu kerjakan saat kamu belum gajian.
memberikan yang terbaik bukan artinya mencipta versi terbaik yang bisa dicapai oleh pekerjaan itu, tetapi memberikan terbaik adalah ketika kita memberikan totalitas semampu yang kita bisa, pada keadaan itu. karena bentuk totalitas lebih dinamis dibanding kesempurnaan. dan tentu saja lebih rasional.
lebih jauh, belajar memberikan yang terbaik menuntun kita pada satu hal. belajar menjadi manusia. menerima perasaan perasaan buruk dan memahami bahwa manusiawi kalau kita merassa terluka dan sedih. marah adalah tanda kalau kita masih manusia dan patah hati sama berharganya dengan jatuh cinta.
tersenyumlah. terlepas dari segala yang terjadi, semua itu tidak mengaburkan fakta kalau kamu berharga. be brave to say, it's okay to be not okay.
XOXO,
Fatimah
No comments:
Post a Comment